MOKI - Sabang---.
Salah satu Partai Lokal di Provinsi Aceh, Partai Naisonal Aceh (PNA) melakukan kampanye di lapangan Gampong Paya Seunara Kecamatan Sukakarya Sabang. Pada kampanye Calon Legeslatif (Caleg) tingkat Provinsi tersebut, partai yang dipimpin Irwandi Yusuf Mantan Gubernur Aceh itu menurunkan tiga Juru Kampanye (Jurkam) diantaranya, Munawar Liza Zainal, Izil Azhar (Ayah Merin) dan Sofyan Daud.
Munawar Liza Zainal selaku Juru Kampanye Partai Nasional Aceh (PNA) mendapat kesempatan pertama untuk Orasi, dalam orasinya dia menyampaikan beberapa poin tentang berdirinya PNA dan terlaksananya perjanjian perdamaian di Helsinki. Menurutnya perjanjian itu sendiri Munawar mengaku terlibat langsung, dan bukan omongan belaka.
Lahirnya tiga partai lokal di Aceh semua itu berkat terjadinya perjanjian perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsingki, pada 15 Agustus 2005. Jadi kalau sekarang ada yang bilang bahwa PNA atau partai lokal lainnya dianggap bukan hadil perdamaian di Helsingki, maka itu semua bohong belaka.
Sekarang ini kita lihat dimana-mana ada partai lokal yang seolah-olah hebatnya bukan main, mereka keluar masuk kampong dengan menggunakan berbagai macam jenis mobil. Padahal mobil itu sendiri merupakan mobil sewaan yang hanya untuk menampakkan kehebatannya.
Menyangkut keberadaan PNA yang mungkin tampil beda dengan partai lainnya, yaitu dengan membagi-bagikan baju PNA, hal semacam itu tidak mampu melakukan pasalnya, PNA partai yang mandiri serta tidak mau menerima atau meminta-minta dana untuk kepentingan partai, dan bukan tidak ada partai nasional yang menawarkan kendaraan dan kebutuhan lainnya, namun PNA dengan lapang dada menolaknya.
Memang, lanjut mantan Walikota Sabang periode lalu ini, petinggi-petinggi PNA tidak ikut mencalonkan diri sebagai peserta Caleg, itu bukan dikarenakan sesuatu tetapi mengedepankan rekan-rekan yang lain. Sementara petinggi partai seperti Irwandi Yusuf, Sofyan Daud, Izil Azhar dan saya Munawar Liza Zainal akan memantau kenerja mereka yang terpilih nanntinya.
Dan apabila Caleg PNA yang terpilih tidak dapat bekerja membangun Aceh dan mensejahterakan rakyat maka, mereka siap-siap untuk kita ganti karena di PNA masih banyak stok orang-orang yang sanggup memikirkan rakyat serta membangun Aceh. Sebab, di PNA banyak saudara-saudaraa yang berpendidikan lulus murni, bukan ijazah beli., ucapnnya.
Sementara Izi Azhar atau yang kerap disapa Ayah Merin dalam orasi singkatnya menyampaikan bahwa, terbentuknya Satuan Tugas (Satgas) yang berbaju loreng dan baret kuning tua itu, bukan untuk menakutnakuti masyarakat. Tetapi kehadiran Satgas yang dipimpin tersebut guna menjaga masyarakat dari gangguan keamanan yang kian memburuk di Aceh.
Mereka itu, sambung Ayah Merin, akan mengontrol setiap saat diseluruh pelosok Sabang, agar masyarakat tidak ditakuttakuti serta mendapat intimidasi yang kelompok atau partai tertentu. Sudah cukup masyarakat Aceh diteror, diancam bahkan terbunuh akibat dampak dari politik, dan PNA akan melakukan yang terbaik demi bangsa Aceh.
“Satgas PNA hadir dibumi Aceh bukan untuk menakut-nakuti masyarakat atau untuk menjaga keamanan bagi saya, mereka itu terbentuk guna melindungi rakyat dari ancaman dan intimidasi yang kerap terjadi pada saat-sat Pemilu seperti sekarang ini”., ujar Ayah Merin.
Jurkam yang ketiga atau yang terakhir Sofyan Daud, Dia dalam orasinya lebih pada hasil perjuangan GAM-RI, dimana menurut mantan juru bicara Aceh Merdeka ini kondisi ekonomi dan kemanan di Aceh akhir-akhir ini tidak sesuai yang diharapkan atau apa yang disebut dalam perjanjian Helsingki.
Perdamain Aceh sudah berjalan sepuluh tahun, apa yang didapat dan dirasakan masyarakat Aceh hari kini,dan yang merasakan nikmat hanya orang-orang tertentu, bahkan yang tidak ada hubungan dengan perjuangan masa lalu. Kerap kita temui yang kini punya mobil dan rumah mewah, padahal dia itu bukan mantan GAM tetapi kelompok yang sengaja dibentuk yang mengambil mamfaat dari situasi Aceh.
Pasca perdamaian dimana kesejahteraan rakyat Aceh bahkan semakin bertambah penderitaan, hasil perdamaian dimana keamanan dan kenyamanan rakyat yang ada kini korban tak berdosa terus berjatuhan. Oleh karena itu saya meminta kepada aparat keamanan untuk mengusut tuntas penembakan yang terus terjadi di Aceh, karena yang menjadi korban bukan saja yang terlibat politik tetapi juga anak-anak.
“Saya sudah cukup capek ikut berjuang untuk Aceh dan tersiksa dalam penjara, sekarang hasil dari perjuangan itu dimana. Yang ada mereka yang sama-sama duduk memikir Aceh dahulu memperkaya diri sendiri, mereka mengganggap dirinya opaling benar, sementara rakyat Aceh terus menjadi korban hancurnya ekonomi dan munculnya kekerasan”., ujarnya.
(Jalaluddin. Z.ky)
Keterangan Foto :
Jurkam PNA Munawar Liza Zainal, sedang menyampaikan orasinya di lapangan Gampong Paya Seunara Kecamatan Sukakarya Kota
-----------------------------------------------------------------------------------
Sabang.
Salah satu Partai Lokal di Provinsi Aceh, Partai Naisonal Aceh (PNA) melakukan kampanye di lapangan Gampong Paya Seunara Kecamatan Sukakarya Sabang. Pada kampanye Calon Legeslatif (Caleg) tingkat Provinsi tersebut, partai yang dipimpin Irwandi Yusuf Mantan Gubernur Aceh itu menurunkan tiga Juru Kampanye (Jurkam) diantaranya, Munawar Liza Zainal, Izil Azhar (Ayah Merin) dan Sofyan Daud.
Munawar Liza Zainal selaku Juru Kampanye Partai Nasional Aceh (PNA) mendapat kesempatan pertama untuk Orasi, dalam orasinya dia menyampaikan beberapa poin tentang berdirinya PNA dan terlaksananya perjanjian perdamaian di Helsinki. Menurutnya perjanjian itu sendiri Munawar mengaku terlibat langsung, dan bukan omongan belaka.
Lahirnya tiga partai lokal di Aceh semua itu berkat terjadinya perjanjian perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsingki, pada 15 Agustus 2005. Jadi kalau sekarang ada yang bilang bahwa PNA atau partai lokal lainnya dianggap bukan hadil perdamaian di Helsingki, maka itu semua bohong belaka.
Sekarang ini kita lihat dimana-mana ada partai lokal yang seolah-olah hebatnya bukan main, mereka keluar masuk kampong dengan menggunakan berbagai macam jenis mobil. Padahal mobil itu sendiri merupakan mobil sewaan yang hanya untuk menampakkan kehebatannya.
Menyangkut keberadaan PNA yang mungkin tampil beda dengan partai lainnya, yaitu dengan membagi-bagikan baju PNA, hal semacam itu tidak mampu melakukan pasalnya, PNA partai yang mandiri serta tidak mau menerima atau meminta-minta dana untuk kepentingan partai, dan bukan tidak ada partai nasional yang menawarkan kendaraan dan kebutuhan lainnya, namun PNA dengan lapang dada menolaknya.
Memang, lanjut mantan Walikota Sabang periode lalu ini, petinggi-petinggi PNA tidak ikut mencalonkan diri sebagai peserta Caleg, itu bukan dikarenakan sesuatu tetapi mengedepankan rekan-rekan yang lain. Sementara petinggi partai seperti Irwandi Yusuf, Sofyan Daud, Izil Azhar dan saya Munawar Liza Zainal akan memantau kenerja mereka yang terpilih nanntinya.
Dan apabila Caleg PNA yang terpilih tidak dapat bekerja membangun Aceh dan mensejahterakan rakyat maka, mereka siap-siap untuk kita ganti karena di PNA masih banyak stok orang-orang yang sanggup memikirkan rakyat serta membangun Aceh. Sebab, di PNA banyak saudara-saudaraa yang berpendidikan lulus murni, bukan ijazah beli., ucapnnya.
Sementara Izi Azhar atau yang kerap disapa Ayah Merin dalam orasi singkatnya menyampaikan bahwa, terbentuknya Satuan Tugas (Satgas) yang berbaju loreng dan baret kuning tua itu, bukan untuk menakutnakuti masyarakat. Tetapi kehadiran Satgas yang dipimpin tersebut guna menjaga masyarakat dari gangguan keamanan yang kian memburuk di Aceh.
Mereka itu, sambung Ayah Merin, akan mengontrol setiap saat diseluruh pelosok Sabang, agar masyarakat tidak ditakuttakuti serta mendapat intimidasi yang kelompok atau partai tertentu. Sudah cukup masyarakat Aceh diteror, diancam bahkan terbunuh akibat dampak dari politik, dan PNA akan melakukan yang terbaik demi bangsa Aceh.
“Satgas PNA hadir dibumi Aceh bukan untuk menakut-nakuti masyarakat atau untuk menjaga keamanan bagi saya, mereka itu terbentuk guna melindungi rakyat dari ancaman dan intimidasi yang kerap terjadi pada saat-sat Pemilu seperti sekarang ini”., ujar Ayah Merin.
Jurkam yang ketiga atau yang terakhir Sofyan Daud, Dia dalam orasinya lebih pada hasil perjuangan GAM-RI, dimana menurut mantan juru bicara Aceh Merdeka ini kondisi ekonomi dan kemanan di Aceh akhir-akhir ini tidak sesuai yang diharapkan atau apa yang disebut dalam perjanjian Helsingki.
Perdamain Aceh sudah berjalan sepuluh tahun, apa yang didapat dan dirasakan masyarakat Aceh hari kini,dan yang merasakan nikmat hanya orang-orang tertentu, bahkan yang tidak ada hubungan dengan perjuangan masa lalu. Kerap kita temui yang kini punya mobil dan rumah mewah, padahal dia itu bukan mantan GAM tetapi kelompok yang sengaja dibentuk yang mengambil mamfaat dari situasi Aceh.
Pasca perdamaian dimana kesejahteraan rakyat Aceh bahkan semakin bertambah penderitaan, hasil perdamaian dimana keamanan dan kenyamanan rakyat yang ada kini korban tak berdosa terus berjatuhan. Oleh karena itu saya meminta kepada aparat keamanan untuk mengusut tuntas penembakan yang terus terjadi di Aceh, karena yang menjadi korban bukan saja yang terlibat politik tetapi juga anak-anak.
“Saya sudah cukup capek ikut berjuang untuk Aceh dan tersiksa dalam penjara, sekarang hasil dari perjuangan itu dimana. Yang ada mereka yang sama-sama duduk memikir Aceh dahulu memperkaya diri sendiri, mereka mengganggap dirinya opaling benar, sementara rakyat Aceh terus menjadi korban hancurnya ekonomi dan munculnya kekerasan”., ujarnya.
(Jalaluddin. Z.ky)
Keterangan Foto :
Jurkam PNA Munawar Liza Zainal, sedang menyampaikan orasinya di lapangan Gampong Paya Seunara Kecamatan Sukakarya Kota
-----------------------------------------------------------------------------------