Solidaritas atau Ironi atau Sindiran Keras Jalan Bobrok. Warga Lampung Barat, Pekon Tiga jaya pemangku 6 sarungkuk, Kecamatan sekincau, Gantikan Peran Pemerintah Bangun Jalan -->

Iklan Semua Halaman

Solidaritas atau Ironi atau Sindiran Keras Jalan Bobrok. Warga Lampung Barat, Pekon Tiga jaya pemangku 6 sarungkuk, Kecamatan sekincau, Gantikan Peran Pemerintah Bangun Jalan

Kabar Investigasi
Sabtu, 13 September 2025

 



Lampung Barat -- Di tengah jalan kabupaten yang rusak parah dan tak kunjung tersentuh pembangunan pemerintah, warga Lampung Barat kembali menunjukkan kekuatan solidaritas. Fenomena gotong royong membangun jalan secara swadaya kembali mencuat, kali ini di Pemangku Talang Serungkuk, Pekon Tiga Jaya, Kecamatan Sekincau, yang berbatasan langsung dengan Pekon Waspada.




Dengan dana dan tenaga murni dari masyarakat, jalan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah ini akhirnya diperbaiki bersama-sama. Di balik kerasnya jalan berbatu dan lumpur, tercermin wajah kebersamaan, semangat gotong royong, sekaligus sindiran halus kepada pihak berwenang.


Bagi warga, jalan ini bukan sekadar akses biasa. Jalur tersebut adalah urat nadi ekonomi untuk mengangkut hasil bumi dan jalan utama anak-anak menuju sekolah. Sayangnya, kerusakan yang kian parah bahkan disebut kerap memakan korban dari pengguna jalan, termasuk anak-anak.


“Karena parah sekali, jalan ini sering makan korban anak-anak. Akhirnya kami swadaya, dibantu juga oleh beberapa warga dari luar dusun,” tutur Raffi Udin, warga Pemangku Talang Serungkuk.


Kesadaran bahwa menunggu bantuan pemerintah tak lagi cukup membuat masyarakat berinisiatif. Mereka patungan, menyumbang tenaga, bahkan menyisihkan rezeki demi perbaikan jalan di titik terparah sepanjang sekitar 50–60 meter.


Salah seorang tokoh masyarakat menyampaikan rasa haru sekaligus syukur atas kekompakan warga.


“Kami seluruh masyarakat berinisiatif untuk berswadaya karena jalan ini sangat penting. Mudah-mudahan apa yang bapak-bapak sumbangkan menjadi amal kebaikan. Terima kasih kepada seluruh warga Pemangku Serungkuk khususnya dan pihak-pihak yang sudah membantu sehingga kegiatan ini bisa berjalan,” ungkapnya.


Kalimat itu seolah menegaskan bahwa setiap batu yang diletakkan, setiap keringat yang menetes, bukan hanya membangun jalan, melainkan juga membangun harapan.


Meski bangga dengan solidaritas yang tercipta, masyarakat tetap berharap pemerintah daerah hadir memberikan solusi permanen. Mereka menegaskan, jalan tersebut berstatus jalan kabupaten yang semestinya menjadi tanggung jawab pemerintah.


Harapan kami ada tindak lanjut dari pemerintah daerah. Jangan sampai kami terus-menerus membangun jalan kabupaten dengan swadaya masyarakat. Semoga segera dibangun secara resmi,” tegas Raffi.


Fenomena warga yang turun tangan memperbaiki jalan rusak dengan swadaya kini semakin sering terjadi di Lampung Barat. Pertanyaannya, apakah ini berkah atas semangat gotong royong dan solidaritas yang mengakar di masyarakat? Ataukah sebuah sindiran keras bagi pemerintah daerah yang lambat merespons kebutuhan mendasar rakyatnya?


Apapun jawabannya, satu hal pasti: masyarakat Lampung Barat telah menunjukkan bahwa ketika jalan terjal tak lagi bisa dilalui, mereka mampu membuka jalan baru dengan kekuatan persatu 

Ref : Eva Yani, kabiro Kabarinvestigasi.id