PALI — Program pembagian alat dan mesin pertanian (alsintan) yang diserahkan langsung oleh Bupati Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Asgianto ST, di Lapangan Gelora November, Pendopo Talang Ubi, sejatinya disambut antusias oleh para petani. Terutama masyarakat desa yang benar-benar menggantungkan hidup dari sektor pertanian, bantuan tersebut dinilai sebagai angin segar untuk meningkatkan produktivitas Rabu,24/12/2025.
Namun di balik seremoni yang penuh semangat itu, muncul insiden serius yang justru mencoreng tujuan program. Baru beberapa jam setelah diserahkan, salah satu alat pertanian dilaporkan mengalami kecelakaan hingga terbalik. Peristiwa ini memicu kegaduhan di tengah masyarakat dan memunculkan sorotan tajam terhadap lemahnya pengawasan serta kontrol dari Dinas Pertanian.
Insiden tersebut diduga kuat terjadi akibat alat pertanian diserahkan tanpa pendampingan teknis yang memadai dan tanpa memastikan bahwa penerima, dalam hal ini ketua kelompok tani, benar-benar memiliki kemampuan mengoperasikan alat berat tersebut. Padahal, nilai alat pertanian yang dibagikan mencapai ratusan juta rupiah, bahkan ditaksir hingga miliaran rupiah jika ditotal keseluruhan.
Kondisi ini dinilai bertolak belakang dengan penegasan Bupati PALI dalam sambutannya saat penyerahan bantuan. Saat itu, Bupati secara tegas mengingatkan agar seluruh alat pertanian dijaga, dirawat, dan digunakan secara bertanggung jawab. Ia juga meminta seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk bersama-sama mengawal dan mengawasi pemanfaatan bantuan tersebut agar tepat guna dan berkelanjutan.
Akibat insiden tersebut, masyarakat mempertanyakan siapa yang harus bertanggung jawab jika alat bernilai besar itu mengalami kerusakan. Hingga kini, belum ada penjelasan terbuka dari Dinas Pertanian terkait mekanisme pengawasan maupun langkah evaluasi pascakejadian.
Jeriyanto, salah seorang warga, meluapkan kekecewaannya terhadap kinerja Dinas Pertanian yang dinilai lalai dalam melakukan pengawasan.
“Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Alat mahal, nilainya ratusan juta, bahkan bisa miliaran, dilepas begitu saja tanpa kontrol yang jelas. Ini bentuk kelalaian pengawasan. Dinas Pertanian seharusnya tidak lepas tangan,” tegas Keriyanto dengan nada kecewa.
Ia menambahkan, insiden tersebut seharusnya tidak terjadi jika sejak awal ada pendampingan, pelatihan, dan seleksi ketat terhadap kelompok tani penerima bantuan.
“Jangan asal serah terima. Harus dipastikan siapa yang benar-benar mampu mengoperasikan alat itu. Kalau begini kejadiannya, yang dirugikan bukan hanya negara, tapi juga petani,” lanjutnya.
Keriyanto berharap Bupati PALI dapat mengambil langkah tegas dengan mengevaluasi dan menegur Dinas Pertanian agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami berharap Bupati turun tangan dan menegur Dinas Pertanian. Pengawasan harus diperketat, dan kepercayaan hanya diberikan kepada kelompok tani yang benar-benar siap dan bertanggung jawab,” pungkasnya.
Peristiwa ini menjadi catatan penting bahwa keberhasilan program pertanian tidak hanya diukur dari penyerahan bantuan, tetapi juga dari pengawasan, pendampingan, dan akuntabilitas dinas terkait dalam memastikan bantuan tersebut benar-benar memberi manfaat dan tidak berujung pada pemborosan anggaran negara.
Rep : Nopriadi

Komentar